Tuesday, December 11, 2007

Wahai embun pagi
Warnailah pagimu slalu
Dengan kilau kebeninganmu
Dengan tetes kesucianmu
Dan hembusan kesejukanmu

Kurindukan kesegaran itu...
Kesegaran yang akan melumuriku...
Kesegaran yang kunanti
selalu...
Ketika ruhiyah ini membutuhkan percikan embun kesegaran itu...

Biarkan embun itu datang...
Biarkan kesejukan itu menghampiri...
di setiap pagi..
di jiwa ini...

Sampai kurasakan
Getaran ke-agunganMu
Allah Ar-Rahman...


IKHWAN SEJATI

Seorang remaja pria bertanya pada ibunya, "ibu, ceritakan padaku tentang ikhwan sejati". Sang ibu tersenyum dan menjawab "Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tapi dari kontribusi dan kasih sayangnya pada orang-orang disekitarnya, Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutan tuturnya dalam mengatakan kebenaran, Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia dihormati di tempat kerjanya, tetapi bagaimana dia dihormati di dalam rumahnya, Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan, Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang tersembunyi di balik dada itu. Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya Akhwat yang memuja, tetapi dari Komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya, Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan, tetapi dari kesabaran dan ketabahannya dalam menjalani likuan kehidupan, Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya dia membaca Qur'an, tetapi dari konsistennya menjalankan dari apa yang dia baca".

....setelah itu, ia kembali bertanya...

" Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Ibu ?"
Sang Ibu memberinya buku dan berkata.... "Pelajari tenteng dia..." ia pun mengambil buku itu

"MUHAMMAD", judul buku yang tertulis di buku itu


.: diedit dari berbagai sumber :.
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Cukup berat untuk menjadi seorang Muslim Sejati, maka kita jangan pernah lelah mencari petunjukNya, mencari RahmadNya, serta senantiasa Bergerak, dan terus Bergerak menggapai keRidhoanNya...

SeBuaH PeRjaLaNaN PanJanG....!!!
MeRajuT AsA, MeRangKai HaraPaN....!!!

Monday, December 10, 2007


BERGERAK ATAU TERGANTIKAN

Siapakah yang dimaksud dengan generasi 5:54 itu? Mereka adalah generasi yang disebutkan dalam Al Qur’an surat 54(Al Ma’idah) ayat 54.
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu`min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.”

Ciri-ciri generasi atau kaum itu adalah:
1. Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya,

2. Bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu`min
3. Bersikap keras terhadap orang-orang kafir
4. Yang berjihad dijalan Allah
5. Tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela

Apakah kita termasuk di dalamnya? Jika belum, maukah kita menjadi bagian daripadanya? Merekalah yang dijanjikan oleh Allah mendapat pertolongan dan karunia-Nya.
Ataukah kita justru menjadi generasi yang tergantikan yang tercantum di awal ayat tersebut? Generasi yang murtad atau yang lemah yang tidak sepenuh hati mencintai Allah, tidak bersikap lembut terhadap orang mu’min, lemah terhadap orang kafir, tidak berjihad di jalan Allah takut terhadap ejekan orang.
Jadi inget sebuah moto yang sering saya gunakan sebagai penyemangat. BERGERAK ATAU TERGANTIKAN! Jika kita menjadi lemah, tidak bergerak atau berjihad dalam menegakkan agama Allah, dalam beramar makruf nahi mungkar, maka kita akan tergantikan oleh gerasi yang lain yang lebih baik dari kita. Dalam sebuah amanah wajar jika ada regenerasi, bukan itu yang dimaksud disini. Karena selepas dari satu amanah dakwah maka dia bisa pindah ke amanah dakwah yang lain. Jangan anggap amanah dakwah sebagai sebuah beban, tetapi justru sebuah nikmat karena kita masih berada di jalan dakwah. Bisa jadi dengan tidak adanya amanah justru membuat kita rentan futur. Kereta dakwah akan terus berjalan dengan atau tanpa keberadaan kita, tinggal kita yang memilih untuk tetap berada di dalamnya menuju tujuan ataukah kita berhenti di tengah jalan tidak meneruskan perjalanan. Pindah ke gerbong yang lain tidak masalah asalkan masih berada dalam kereta dakwah. Misalnya, selepas dakwah sekolah ada dakwah kampus, selepas dari kampus ada dakwah pasca kampus, dan sebagainya, masih banyak lahan dakwah yang lain. Di setiap jengkal bumi Allah yang disitu ada manusianya maka disitu berhak pula ditegakkan agama Allah

Sumber : embuntarbiyah.wordpress.com

Tuesday, December 04, 2007


AKU BANGGA PADAMU YAH...!!!


Sekali lagi ayah mengajarkanku tentang arti perjuangan dan pengorbanan. "Jika kau ingin hidup, maka kau harus berjuang, dan perjuangan tak kan ada artinya tanpa pengorbanan. Dan dengan kerja keras-lah untuk meraih itu semua, serta dengan keihlasan dalam menjalaninya" seolah seperti itu ayah mengajarkanku.

Ayah punya cara sendiri dalam membina anak-anaknya, aku masih ingat bagaimana sakitnya "tendangan" ayah pas aku masih kelas 2 SD atau nangis sampe serak yang ga digubris karena beberapa jam di kurung di kamar mandi pas masih TK, itu semua karena kenakalanku. Ya, mungkin itu adalah salah satu caranya untuk mendidik anaknya tentang arti KEDISIPLINAN. Bagaimana seorang anak itu harus nurut pada bapaknya. "jek cilik wis wani karo wong tuwek, arep dadi apa kowe sesuk le, bla bla bla... lsp(lan sak piturute-dll)" kata-kata itulah yang sering terdengar di telingaku. Memang bapak waktu itu memang orang kolot, jadi cenderung lebih memberi hukuman fisik kepada anak laki-lakinya.

Sejak kelas 1 SD, ayah sudah mengenalkanku dengan sawah. Karena memang dari sinilah keluargaku "hidup", karena gaji seorang guru SD tidak cukup intuk membiayai semua keperluan rumah. Mulai kelas 3 sudah dikasih "pacul". Kata beliau "belajaro macul le, sesuk ben isa ngewangi ayah". Pertama megang, ya telapak tangan lecet-lecet. Ya, mungkin beliau sedang ingin mengajari tantang arti sebuah KERJA KERAS kepadaku.

Dalam hal agama-pun ayah juga sangat keras, tidak segan ia menghukumku jika aku lalai atau males dalam sholat 5 waktu, sampe pernah aku nangis "berok-berok" karena dipaksa ngaji oleh beliau.

Ya, mungkin itu bahasa kasih dan bahasa sayang ayah kepadaku, dan mungkin baru sekarang aku bisa menerjemahkannya.

Namun seiring berjalanya sang waktu, beratnya beban, bertambah pula kesibukan ayah. Dan mungkin karena aku juga sudah mulai punya adek baru, jadi "perhatiannya" kepadaku berkurang, aku jadi rindu tendangan atau bentakan lantang suaranya yang mengingatkan akan kesalahanku. Kira-kira semenjak kelas 3 SMP beliau serasa hidup dalam dunianya sendiri, hidup dalam kesibukannya. Setiap pagi setelah sholat shubuh, sudah memanggul cangkul atau semprotan untuk pergi ke sawah, jam setengah tujuh mandi, siap-siap untuk berangkat ngajar ke sekolah, kadang sampai ga sempat sarapan. Pulang sekolah biasanya agak sore karena memberi pelajaran tambahan buat siswanya. Sepulang sekolah, kalo sempat istirahat 5-10 menit, habis itu balik ke sawah lagi dan pulang menjelang maghrib. Ya, cuma waktu selepas maghrib inilah yang sering tersisa buat keluarga, karena ba'dha isya sering rapat urusan desa karena ayah adalah ketua BPD, selesainya pun sudah larut malam, atau kalo ga urusan BPD ya urusan laen, mungkin karena memang di desaku ayah salah satu orang yang di-tokohkan.

*****************************************************

Hingga sekarang, saat aku sudah menginjak semester 7 di bangku kuliahku, aku masih rasakan pancaran semangatnya, semangatnya untuk tetap berjuang, berjuang dalam menghadapi kehidupan, mencapai kehidupan yang lebih baek.

Itu dibuktikannya kemarin, tepatnya sepekan kemarin. Siang itu ayah sibuk ngurus urusan sekolah, sorenya ngurus sertifikasi guru, dan kebetulan ada acara seleksi kepala sekolah. Habis maghrib harus standby di balai desa, untuk mbahas pengesahan Kepala Desa (karena 2 hari sebelumnya ada coblosan Lurah), dan kebetulan ayah adalah koordinator pembentuk panitia pemilihan Kades. Kira-kira jm setengah 11, ayah berencana ke warung, untuk beli nasi goreng karena dari siang mungkin perut ayah belum sempat kemasukan nasi, ya karena rumah kami di desa, dan hari sudah malam, ayah ngajak teman untuk ikut, karena harus melewati bulak (persawahan) untuk ke warung nasi itu. Belum sampai warung, "mak Grobyak" (~logat orang jawa~) ayah nabrak seseorang yang naek sepeda onthel. Mungkin orang ngamen "mendhem" karena naek sepedanya "sleyat-sleyot". Dan, beruntunglah, Allah mengirimkan seorang pahlawan penolong, tak berselang lama. Dengan sisa tenaganya ia hentikan sebuah motor berboncengan 3 orang anak muda. "mas tulungono aku mas, sirahku bocor iki mas. Tulung terno aku nang rumah sakit. Tulungono pisan koncoku kuwi mas, saiki wonge ga sadar" ya mungkin seperti itulah yang bapak ucapkan ke 3 orang pemuda tadi. Ealahh... ternyata dari mulut mereka juga bau alkohol, tapi Alhamdulillah dari mereka ada yang mau ngantar ayah ke Rumah Sakit. Ada kira-kira 18 jahitan di kepala, 8 jahitan di pelipis dan belasan jahitan di atas bibir. Sangatlah beruntung, ayah masih sadar ketika itu, karena bisa jadi ayah kehabisan darah, soalnya kejadian itu di tengah malam dan berada di tengah sawah. Dan tentu saja sepi orang pula, wong di tengah sawah... Ketika jahitan ayah hampir selesai, barulah sadar teman ayah tadi, katanya, kepalanya merasa pusing, dan beliau malah ga ingat, perasaannya dia tadi ada di rumah, tapi kenapa sekarang kok di rumah sakit...Tapi meski begitu, kata orang jawa, "slamet, sing bocor mek mustakane (kepala) njenengan yah." Dan masih untung pula, meski tanggal tua, ga perlu ngutang bwt bayar rumah sakit, karena barusan saja dapat pesangon dari desa setelah mensukseskan proses pilkades di desaku...

Dan disinilah perjuangan itu, sebenarnya besok pagi ayah harus berangkat ke Malang, guna ikut diklat sertifikasi guru.

Dan akhirnya ayah NEKAT pula berangkat, tapi izin ke panitia di hari pertama. Dengan berat hati ibu-pun mendukung keinginan ayah yang nekat itu. Bahkan untuk makan nasi saja masih belum bisa, karena mulut ayah hanya bisa terbuka sedikit soalnya ada jahitan di bibirnya. Kalo makan pake bubur atau roti yang dikasih susu, baru pas lembek disedot pake sedotan. Untung ada mas di rumah, jadi dengan naek travel ayah berangkat ke malang diantar mas. Sesampai di tempat diklat yang diikuti hanya 250an guru SD-SMP se Jawa Timur itu, ayah jadi tontonan, jadi pusat perhatian mereka, kok ada juga orang senekat ayah, tapi ayah santai saja, padahal ada beberapa lapis perban di kepala beliau. Bahkan aku baru tahu pas ayah sudah di malang ketika ibu telepon kalo aku disuruh pulang untuk menemaninya dirumah, pas aku tanya alasannya baru beliau bercerita kalo ayah di malang, dan mas ngantar ayah karena harus ditemani. Sebenarnya sempat kecewa karena baru hari itu aku dikasih tahu, padahal hari minggu itu aku telepon ke rumah, dan ibu bilang kalau keadaannya baek2 saja, ibu ga bilang keadaan ayah, (iya yang baek ibu, tapi ayah kan habis jatuh...) jadi inget kejadian pas eyang meninggal dulu. padahal eyang waktu itu sudah dirawat 10 hari di rumah sakit, dan aku diberitahu tiba-tiba sudah tiada, pas ada kuliah lagi, dan ga bawa sepeda waktu itu. setelah dapet pinjaman, dengan segenap kemampuan sepeda motor pinjaman itu aku kebut kesana (ya memang ini salah satu hobiku, ngebut di jalan). Tapi sampe sana hanya cuma bisa liat gundukan tanah yang masih basah, dan 2 batu nisan bertuliskan nama eyang. Ya, mau nyalahkan siapa, toh ga ada yang salah...

Akhirnya baru besok sorenya aku bisa pulang, karena harus ngerjakan beberapa tugas kelompok dan beberapa laporan yang sudah deadline. tapi aku ga pulang langsung ke kediri, aku lewat malang untuk melihat keadaan ayah dulu. Setelah dengan perjuangan yang melelahkan, akhirnya baru jam 10 aku bisa menemukan tempat ayah diklat. Pertama lihat agak kaget, namun karena jaket dan bentuk tubuh beliau aku hafal betul akhirnya aku menghampirinya, katanya baru saja selesai materi. Ya Allah, begitu gigihnya beliau batinku, dengan kondisi muka yang masih lebam-lebam dan luka-luka di beberapa bagian tubuh beliau yang belum benar-benar kering, beliau rela "berjuang sendirian" disini, kalo aku pikir-pikir untuk apa dan siapa ayah mau melakukan ini semua...??? Ya memang untuk ikut diklat ini butuh perjuangan, dan jika lulus nanti kata beliau, gajinya bisa dapat 2 kali lipat,. Jadi untuk siapa lagi kalo bukan untuk keluarga. Setelah bicara ngalor-ngidul, ngetan-ngulon tak terasa ternyata jam sudah menunjukkan setengah 12, sudah waktunya ayah istirahat pikirku, kan besok pagi suadah ada materi ladi. Dengan menahan dinginnya hawa malam Songgoriti, akhirnya aku pamit ke ayah untuk balik ke malang nginap di rumah teman, karena sudah tengah malam, ga mungkin kalo balik ke kediri..

****************************************************

Aku bangga padamu yah...!!! Aku bangga punya ayah sepertimu...!!! Semoga aku mewarisi bara semangat perjuanganmu, mewarisi keikhlasan pengorbanan demi keluarga, seperti sifatmu yah...!!!

Maafkan anakmu, jika sampai detik ini hanya bisa menyusahkanmu, hanya bisa merepotkanmu, yang hanya meminta saja kepadamu... Tapi aku masih punya mimpi, ketika suatu saat kelak, kau akan memelukku dalam dekapan penuh kasihmu, dan kau bisikkan "AKU BANGGA PADAMU, NAK" dan akupun menangis, seperti tangisan waktu kecilku dulu dan engkaupun berucap "Hai anak lelaki, nggak boleh cengeng...!!!"

(farid, anakmu yang sedang berjuang, butuh doa serta dukunganmu)

Monday, November 26, 2007

berBaurTapiTidakLebur

Tidak mudah memang, bergaul dengan kehidupan masyarakat yang sangat beragam. Apalagi bila pada saat yang sama kita juga dituntuk tetap EKSIS, SURVIVE, dan tetap ISTIQOMAH. Ibarat berenang di air asin, kita seperti berjuang untuk mengapung dan tidak tenggelam, karena di situlah letak kehidupan kita. Tetapi, pada saat yang sama kita dituntut bagaimana tidak turut menjadi asin.

Logika ini berlaku untuk setiap muslim, untuk setiap aktifis da'wah, juga untuk setiap orang yang ingin menyeimbangkan antara eksistensi dirinya sebagai muslim dengan eksistensinya sebagai makhluk sosial. Menyeimbangkan antara tuntutan dirinya sebagai hamba Allah dengan tuntutan dirinya sebagai anggota masyarakat. Baik masyarakat kecil di keluarganya, masyarakat sedang di lingkungannya, atau masyarakat besar di dunia ini. Ya, itu merupakan tuntutan menyeimbangkan antara idealita dan realita. Karena alam realita memiliki sunnahnya sendiri, sebagaimana alam idealisme memiliki sunnahnya sendiri.

Logika ini juga berlaku bagi komunitas apa pun, bagi sebuah golongan seperti apa pun. Apalagi bagi sebuah organisasi da'wah. Itu pula yang mengantarkan kita kepada logika bahwa dunia ini sangat beragam isinya. Di tengah keberagamannya itu kita hidup. Agama ini juga tidak mengajarkan agar kita membangun sebuah eksklusifisme yang sempit. Kalaulah itu yang dimaksud Allah dalam penciptaan manusia ini, tentu apa arti firman-Nya yang menjelaskan bahwa manusia diciptakan berbangsa dan bersuku untuk saling mengenal.

Keberagaman isi dunia menjadi sunnah tersendiri bagi kehidupan ini. Ia semacam ekosistem yang saling kait-mengkait, tunjang menunjang, dukung mendukung. Orang miskin ada untuk menjadi tempat bersedekah bagi orang kaya. Orang bodoh ada untuk tempat beramal bagi orang-orang pintar. Orang besar ada untuk membantu orang-orang kecil. Manusia, dengan beragam suku, bangsa, ras, bahasa, budaya, dan cita rasanya, adalah khazanah kehidupan yang niscaya ada.

Segalanya berpulang kepada kita masing-masing. Karena tuntutan Allah agar kita menjaga diri dari api neraka, misalnya, juga diiringi dengan perintah menjaga keluarga: masyarakat terkecil kita. Dalam lingkup masyarakat yang lebih besar, Allah mengancam orang-orang yang masa bodoh dengan kondisi masyarakat yang rusak. Kelak, bila Allah menurunkan adzab-Nya, orang-orang baik yang tak peduli dengan kerusakan itu justru yang pertama diadzab.

Kita memang harus berbaur dengan masyarakat, tetapi tidak melebur dalam kerusakan mereka.

Wallahu'alam bishawab.
(edited f. Tarbawi edisi13,th.2)

Tuesday, November 20, 2007

Abdurrahman Bin 'Auf

Tatkala Rasulullah saw. dan para sahabat beliau diijinkan Allah hijrah ke Madinah. Abdurrahman menjadi pelopor bagi orang-orang yang hijrah untuk Allah dan Rasul-Nya. Dalam perantauan, Rasulullah mempersaudarakan orang-orang muhajirin dan orang-orang Anshar. Maka Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'ad bin Rabi' al-Anshari r.a.

Pada suatu hari Sa'ad berkata kepada saudaranya, Abdurrahman, "Wahai saudaraku Abdurrahman! Aku termasuk orang kaya di antara penduduk Madinah. Hartaku banyak. Saya mempunyai dua bidang kebun yang luas, dan dua orang pembantu. Pilihlah olehmu salah satu di antara kedua kebun itu, kuberikan kepadamu mana yang kamu sukai. Begitu pula salah seorang di antara kedua pembantuku, akan kuserahkan mana yang kamu senangi, kemudian aku nikahkan engkau dengan dia."

Jawab Abdurrahman bin Auf, "Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepada Saudara, kepada keluarga Saudara, dan kepada harta Saudara. Saya hanya akan minta tolong kepada Saudara menunjukkan di mana letaknya pasar Madinah ini."

Sa'ad menunjukkan pasar tempat berjual beli kepada Abdurrahman. Maka, mulailah Abdurrahman berniaga di sana, berjual beli, melaba dan merugi. Belum berapa lama dia berdagang, terkumpullah uangnya sekadar cukup untuk mahar menikah. Dia datang kepada Rasulullah memakai harum-haruman. Beliau menyambut kedatangan Abdurrahman seraya berkata, "Wah, alangkah wanginya kamu, hai Abdurrahman."

Kata Abdurrahman, "Saya hendak menikah ya Rasulullah."

Tanya Rasulullah, "Apa mahar yang kamu berikan kepada istrimu?"
Jawab Abdurrahman, "Emas seberat biji kurma."

Kata Rasulullah, "Adakan kenduri, walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu."

Kata Abdurrahman, "Sejak itu dunia datang menghadap kepadaku (hidupku makmur dan bahagia). Hingga seandainya aku angkat sebuah batu, maka dibawahnya kudapati emas dan perak."

Siapa Abdurrahman bin ‘Auf?

  1. Adalah seorang shahabat yang pernah membagikan 700 kendaraan yang syarat dengan muatan kepada penduduk Madinah.
  2. Adalah seorang shahabat yang menjual tanahnya seharga 40 ribu dinar dan dibagikanya kepada keluarganya, para istri nabi, dan kaum fakir miskin.
  3. Adalah seorang shahabat yang menyerahkan 500 ekor kuda untuk perlengkapan bala tentara Islam dan dihari lain 1500 kendaraan
  4. Adalah seorang shahabat yang mewasiatkan 50 ribu dinar untuk jalan Allah dan 400 dinar untuk para veteran perang Badar
  5. Adalah sahabat yang dikatakan Rasulullah bahwa akan masuk surga dengan merangkak (karena surga sudah dekat sekali kepadanya)

Nilai-nilai tersebut adalah nilai saat itu, jika ingin mengetahui nilai sebenarnya harus dikonversikan ke nilai saat ini. Kuda dan unta tidak bisa dikonversi ke harga kuda dan unta saat ini, tetapi harus dikonversi ke harga kendaraan saat ini, karena kuda dan unta saat itu sebagai kendaraan utama. Begitu juga untuk uang harus dikonversikan ke nilai saat ini.

Itulah Abdurrahman bin ‘Auf, seorang yang berwatak dinamis, kesenangannya dalam amal yang mulia dimana juga adanya ….Apabila ia tidak sedang shalat di mesjid, dan tidak sedang berjihad dalam mempertahankan Agama tentulah ia sedang mengurus niagaannya yang berkembang pesat, kafilah-kafilahnya membawa ke Madinah dari Mesir dan Syria barang-barang muatan yang dapat memenuhi kebutuhan seluruh jazirah Arab berupa pakaian dan makanan …..

Dan banyak lagi kebaikan serta kemuliaan dari seorang Sahabat yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah akan masuk surga...

Belajar Kepada Abdurrahman bin ‘Auf

Ada beberapa poin yang bisa kita pelajari dari kehidupan beliau. Beberapa pelajaran yang bisa mengubah paradigma keliru atau mitos tentang keberhasilan dalam berusaha dan harta.

  1. Bukan harta yang menentukan kita masuk surga atau neraka. Ada, atau bahkan mungkin banyak orang yang beranggapan bahwa untuk meraih akhirat mereka meninggalkan dunia. Sementara Abdurrahman bin ‘Auf adalah orang yang sangat kaya raya tetapi mendapat jaminan masuk surga. Harta akan menyebabkan kita masuk neraka jika mendapatkannya dan membelanjakannya dengan cara yang tidak diridlai oleh Allah SWT
  2. Modal uang bukan satu-satunya modal dalam berusaha. Saat Rasulullah SAW mempersaudarakannya dengan Sa’ad bin Rabi’, seroang penduduk Madinah yang kaya, menawarkan setengah harta dan seorang istri. Tetapi Abdurrahman bin ‘Auf menolaknya dengan baik dan memintanya untuk ditunjukan letak pasar. Beliau pergi ke pasar dan berdagang di sana sampai memperoleh keuntungan. Beliau tidak meminta uang ke shahabatnya.
  3. Manajemen waktu yang baik. Seperti disebutkan di atas, bahwa beliau meskipun seorang saudagar kaya, tetapi hidupnya tidak untuk dagang saja. Beliau rajin datang ke masjid beliau juga ikut berperang. Beliau adalah salah satu tentara saat perang Badar, perang Uhud, dan beberapa peperangan lainnya.
  4. Bersih. Beliau selalu berniaga dengan modal dan barang yang halal dan menjauhkan diri dari perbuatan haram dan syubhat.
  5. Belanja di jalan Allah tidak akan menghabiskan harta. Teladan dari beliau adalah salah satu bukti bahwa dengan membelanjakan harta di jalan Allah tidak akan membuat kita miskin.
  6. Tidak bermewah diri. Dalam cerita yang lain, jika seseorang yang belum mengenal beliau saat bersama dengan para pelayannya, maka orang tersebut tidak akan membedakan mana majikan, mana pelayan.

Dicari : Abdurrahman bin Auf Masa Kini

kehadiran Abdurrahman bin ‘Auf saat ini akan sangat membantu pergerakan dakwah kita. Bukankah banyak sekali agenda dakwah yang memerlukan biaya tidak sedikit? Mungkin tidak harus sekaya beliau, cukup
lebih baik dari keadaan saat ini beberapa kali lipat saja, sungguh akan sangat membantu pergerakkan dakwah kita.
Namun pertanyaannya, bagaimana membentuk Abdurrahman bin ‘Auf-Abdurrahman bin ‘Auf masa kini? Jika kita melihat dari pelajaran yang kita ambil dari Abdurrahman bin ‘Auf, untuk menjadi seperti beliau kita harus mau mendidik diri sendiri memiliki sikap dan keterampilan seperti beliau. Sikap dan keterampilan adalah hal yang bisa kita pelajari, bisa dipelajari oleh semua orang, sementara sikap dan keterampilan ini adalah modal utama dalam berbisnis. Mengenai modal uang, bisa mengikuti jika kita telah memiliki sikap dan keterampilan yang memadai. Sudah terlalu banyak contoh orang yang berhasil dalam bisnis tanpa modal uang atau dengan modal uang yang sedikit.

Kegiatan dakwah pun tidak bisa menjadi alasan untuk tidak berusaha. Puluhan bekas luka ada di tubuh Abdurrahman bin ‘Auf, giginya rontok akibat perang, ke masjid pun tetap rajin, tetapi tidak menghalangi beliau untuk sukses sebagai seorang saudagar. Sebaliknya, kegiatan bisnis pun tidak bisa menjadi alasan untuk tidak berdakwah dan jihad, sebab Abdurrahman bin ‘Auf adalah contoh sempurna yang bisa mengatur kehidupan ibadah, berdakwah, jihad, dan berdagang. Semoga hal ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

(disarikan dari berbagai sumber)

Sunday, November 18, 2007

Habis nemu, ini ada pelajaran pancasila, kayak pas SD dulu...

Pancasila (Indonesia)
satu : Ketuhanan yang maha Esa
dua : Kemanusiaan yang adil dan beradab
tiga : Persatuan Indonesia
empat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
lima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Limo sila (Jawa)
siji: Gusti Alllah ora ono koncone
loro: Dadi wong kudu sing adil lan ojo kejem-kejem
telu: Indonesia bersatu kabeh
papat: karo tonggo-tonggo nek ono masalah diomongno bareng-bareng opo o
limo: keadilan kuwi gawe kabeh wong sak-indonesia

Pancasila (Sunda)
hiji: Gusti Allah eta sorangan sareng ageng pisan
dua: ka sorangan teh sikapna kudu sami, ulah ngabeda-beda keun..
tilu: Indonesia kuduna mah jadi hiji
Opat: Ra’yat Indonesia sae na pang mutuskeun sagala teh disepakatkeun heula. Kedah bager lan bijaksana
Lima: Ceunah teh sikap sosialna kudu adil hiji sareng batur.

Pancasila (Batak Toba)
Sada: Dang adong na pajago-jagohon di jolo ni Debata
Dua : Maradat tu sude jolma
Tolu : Punguan ni halak Indonesia
Opat : Marbadai … marbadai, dungi mardame
Lima : Godang pe habis saotik pe sukkup

Gangsal Silo (jawa kromo)
kaping setunggal: Gusti ingkang Maha satunggal
Kaping kalih: Tiang ingkang Adil lan beradab
kaping tiga: persetunggalan Indonesia
kaping sekawan: Kerakyatan ingkang dipimpin kaliyan hikmat lan kewicaksonoan dateng permusyawaratan ingkang diwakilkan.
kaping gangsal:Adil kang sosial kangge sakabehe tiang Indonesia

Pancasila (Palembang)
sute: Tuhan ne sute tu’la
due: jelme harus khapat same rate
tige: jelme Indonesia ne bersatu padu
empat: jeleme Indonesiane diketuci ngai hikmah dimane ngedapatkan
jawaban dadi gegale masalah
Leme: kesameratean hidup ne jelmekangok Indonesia…

Pancasila (Ambon)
1. Torang samua tawu cuma ada Tuang Allah yaitu Tete manu…
2. Orang ambon samu harus tau adat
3. acang deng obet harus bisa bakubae
4. Paitua deng maitua harus bae-bae di rumah rakyat
5. samu harus bisa jaga diri karna ambon lapar makan orang……. …

Pancasila (Manado)
1. Cuma boleh ba satu Tuhan
2. Selalu adil kong ja pake ontak
3. Torang samua satu, Bangsa Indonesia
4. Tu rakyat musti slalu bakumpul kong bicara bae-2 spy slalu ada kaputusan gagah yg semua trima deng nang hati.
5. Voor seluruh rakyat Indonesia, nyanda ada tu jabaku kase beda-2 perlakuan.

Pancasilo (Padang)
ciek: Bintang Basagi Limo
duo: Rantai pangikek kudo
tigo: pohon baringin gadang ta’mpek kito bacinto
ampek: kapalo banteng bataduk duo
limo: padi jo kapeh pambaluik nan luko..

ada yang aneh??? ya semua aneh , tp yang Padang itu lucu banget. Haha
Tetes demi Tetes...

"ketika diri tiada berdaya, tiada lagi kekuatan, Kepada siapa lagi berharap dan bergantung ? Ya, hanya kepadaMu ya Rabb, yang Maha Kuat, untuk memberikan kekuatan kepadaku tuk arungi kehidupanku"

Malam itu adalah perjuangan untuk berusaha bertahan dalam lelah dan lemahnya jiwa serta fisik. Setelah beberapa hari terbebani berbagai masalah pelik yang tak segera terpecahkan, pikiran yang penuh beban. Aktivitas melelahkan, namun tidak dibarengi istirahat yang cukup, belum lagi makan yang ga teratur, ya akhirnya sakitpun menyerang. Ga tau sakit apa, yang jelas selama 3 hari perut seperti menolak kehadiran makanan. Ya akhirnya cuma makan mie ayam, atau jajan gorengan aja. Di hari kedua, sudah muncul indikasi sebenarnya, pencernaan di perut sudah agak ga wajar, sampai akhirnya semua makanan yang masuk perut benar-benar ditolak mentah2...

Ketika makanan di"paksa" masuk karena sudah 2 hari ga terisi nasi, maka perutpun semakin kasar untuk memaksa keluar apa aja yang masuk. Seteguk air yang dimasukkan, eh berteguk-teguk yang dipaksanya keluar...

Yah, akhirnya pasrah, mw gimana lagi, makan salah, minum salah, ya akhirnya cuma tiduran aja di kamar.
Besok paginya badan mulai lemes, kaya ga ada tenaga..

Pas sorenya, kayaknya udah ga kuat lagi, kepala terasa "ringan" banget, kaya ga ada isinya dan ga ada darah yang mengalirinya.

Baru ba'dha isya, ada seorang teman yang memahami kondisi saya, dan bersedia untuk mengantar ke rumah sakit.
Kehadirannya bagai "malaikat" penolong, dengan di bonceng motor, aku diantarnya. Mulai ngurus administrasi sampai tetek bengeknya aku sudah ga tau, yang aku tahu cuma dokter dan perawat yang mulai "menginterogasiku" dengan buanyak pertanyaan. Semua pertanyaan dokter kujawab semuanya, tak ada satupun jawaban yang terlewatkan, ya... tentu saja karena pertanyaannya ga sesulit pertanyaan asisten pas ujian modul praktikum...

Setelah beberapa lama akhirnya, dokter memberikan resep, resep itu ga diberikan ke aku, tapi malah di berikan ke temenku tadi (yo mesti toh le...). Dan lagi2 temenku itu harus "wira-wiri" nyarikan resep obat dari dokter, belum lagi kadang harus keluar rumah sakit buat fotokopi beberapa surat-surat (pake ASKES soalnya, cari gratisan, wajar kan anak kos), atau kadang obat di apotek yang kebetulan kosong...

Tanpa ngomong sakit apa ke aku, dokter itu menyuruh perawat untuk menyuntikkan beberapa obat, dan menyuntikkan selang infus ke pergelangan tangan (pake jarum suntik tentunya, bukan pake jarum jahit).
Setelah menunggu beberapa menit, kok ga terasa sakit, cuma rasanya tanganku dipegangi lebih dari 2 orang, apa sekarang sudah ada teknologi baru, infus tanpa suntik (karena saat itu aku pas "merem"). Ketika aku coba melihat ke arah "mereka", ternyata yang mau nyuntik mungkin "perawat anyaran". Dengan suara setengah berbisik saya mendengar dia ngomong "ndredek" ke temannya. Waduh, jangan sampe terulang cerita si "temenku" tadi yang saking seringnya dia masuk RS sering pula dijadikan obyek "latihan" oleh para perawat. Sering berkali kali "salah coblos" katanya...

Alhamdulillah setelah cukup lama, akhirnya perawat itu "berhasil" menunaikan tugasnya.

Tetes-tetes itu begitu lambat mengaliri tubuhku, sungguh tidak sabar rasanya, ingin tak lepas botolnya lalu tak minum air di botol itu. Tapi, perawat itu pasti mengira kalo saya sakitnya ga biasa, agak sakit pula akalnya (Alhamdulillah pikiranku masih normal), bisa-bisa dapat rujukan ke RSJ, kalo sudah gitu kasihan temen saya tadi, jadi tambah repot lagi...

Malam itu kulewati dengan empuknya kasur rumah sakit (kasur kosan sudah bantat soalnya). Dan hanya bisa berdoa semoga Allah senantiasa mengaruniakan "kesehatan" padaku. ya, Minimal sehat ruhaniku..

Setelah cukup puas menyedot selang infus,akhirnya energi yang terserak itu kembali lagi ke tubuh ini... cuma habis dua botol (sebenarnya kalo boleh minta lagi, mumpung gratis) akhirnya dibolehkan pulang sama pak dokternya.
Alhamduliillah ya Allah, meski cuma semalam, tapi setidaknya ini mengingatkanku akan begitu "mahalnya" arti KESEHATAN, sebuah karuniaMu yang sering kulalaikan, ampuni hamba ya Rabb...

Dan lagi-lagi pulangnya diantar oleh "teman" setiaku tadi ke rumah paklekku, karena biar ada perawatan lebih intensif disana...


"suwun sing uakeh PUT, Gusti Allah sing mbales... wis ngrepotne awakmu, bengi-bengi olahraga muteri rs haji... Aku mek iso ndongakke, muga-muga lancar kuliahmu, kepenak rezekimu, cepet jodomu (dongakno aku sisan)... Ojo melekan ngurusi "RUMPUT SAWAH"mu
terus, tugas beton-mu kuwi garapen"

Friday, November 02, 2007

Ma’iyatullah dan Optimisme Kader Dakwah

Taujihat ini ditujukan kepada seluruh prajurit dakwah dimanapun berada, yang pantang mengenal lelah walaupun harus mendaki gunung dan mengarungi lautan agar keharuman dakwah Islam dinikmati seantero dunia

Ikhwah dan akhwat fillah rahimakumullah,

Masih amat membekas di benak kita kisah tentang keteladanan seorang penggembala kambing di zaman Khalifah Umar ra. Inilah sosok pemuda yang akan terus menjadi ‘icon’ dakwah sepanjang masa. Betapa tidak, di tengah himpitan dan kerasnya pergulatan hidup ini tidak sekeping pun dari keimanannya, keyakinannya digadai, ditukar atau bahkan dijual demi mendapatkan kenikmatan hidup yang sesaat ini. Yang menarik dari kisah ini adalah kata kunci yang menjadi eye catching dari keseluruhan kisah ini yaitu “fa aina Allah?”. Kalimat sederhana itu mengalir dari lidah tegar penuh optimis seorang mukmin sejati. Kalimat “fa aina Allah”’ itu tidak dialamatkan untuk mencuri perhatian Khalifah Umar RA atau sengaja ditujukan untuk mencari muka –carmuk—seperti yang sering dipertontonkan kebanyakan masyarakat di negeri ini saat kunjungan para pejabat ke mereka. Dia tidak lahir begitu saja, akan tetapi kalimat spektakuler ini dilafalkan dari sanubari hati yang paling dalam karena mahabbah kepada Allah SWT.

Ikhwah dan akhwat fillah rahimakumullah,

Demikianlah sikap kita dalam menjalani kehidupan dakwah ini. Sepanjang kultur “fa aina Allah” telah meresap dalam-dalam pada diri kita, inilah modal awal kita membangun optimisme dakwah. Bayangkan, seorang penggembala kambing yang hidup di tengah gurun, jauh dari pantauan siapa pun, tidak tersentuh teknologi tinggi –350 tahun lalu—mampu merekonstruksi ma’iyatullah begitu indah. Sudah barang tentu tidak sulit bagi kita merekonstruksi dan menghayati nilai-nilai ma’iyatullah di era teknologi informasi sekarang ini. Allah SWT sudah pasti dan selalu menyertai hamba-hamba-Nya yang beramal, bergerak, berjuang, dan berjihad demi kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Keyakinan ini sudah selayaknya menghujam pada diri kita,

Intanshurullah yanshurkum wa yutsabbit aqdamakum.” (Q.S. 47/Muhammad: 10);

Alladziina jaahadu fiina lanahdiyannahum subuulana wa innalaaha la ma’al muhsinin .”(Q.S. 29/Al-Ankabut: 29).

Ikhwah dan akhwat fillah rahimakumullah,

Ma’iyatullah harus diartikan bahwa perjuangan menegakkan dien yang hak melalui jalan dakwah dengan ahdaf dan qararat di dalamnya pasti didukung, ditolong, dan dibela Allah SWT beserta bala tentaranya. Inilah fondasi dalam merangkai optimisme untuk memetik kemenangan demi kemenangan di jalan dakwah ilallah. Tidak boleh sedikit pun terbesit keputusasaan, pesimistis dan kehilangan harapan di dalam diri kita. Bahkan, sifat seperti ini dilarang Allah,

“…walaa tahinuu fibthigho’il qoum…(Q.S. 4/An-Nisaa’: 104).

Ma’iyatullah selalu berbuah ta’yidullah. Artinya, dukungan dan pertolongan berupa apa saja pasti Allah berikan kepada pembela, penolong, dan penegak dienullah ini.

Ikhwah dan akhwat fillah rahimakumullah,

Tidak boleh ada keraguan bagi kita. Dakwah ini, cepat atau lambat, Allah SWT akan perlihatkan kemenangan itu dengan kita saksikan sendiri atau kita sudah bersaksi di hadapan Allah. Kesertaan dan penyertaan Allah dalam kehidupan ini mesti tercermin dalam setiap gerak-gerik kita. Untuk itu perlu muhafazhah atau penjagaan ma’iyatullah ini agar tetap berada di sekitar kita. Isyarat-isyarat kemenangan banyak Allah SWT paparkan di dalam Al-Qur’an al-karim, salah satunya adalah dalam surat Al-Anfaal: 45-47.

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud ria kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan. Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan, \”Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu.\” Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata, \”Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu; sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah.\” Dan Allah sangat keras siksa-Nya.

Inilah dhawabith yang akan senantiasa menjaga mai’yatullah kita.

  1. Bersikap tsabat Kehadiran, keterlibatan, dan keterikatan kita dalam dakwah ini adalah pilihan sekaligus iradah Allah. Artinya, kita secara sadar dan penuh kesadaran telah memilih jalan ini, untuk kemudian tekad suci ini bertemu dengan kemauan dan kehendak Allah. Jadilah dia sebuah ketegaran, keteguhan, tsabat yang tidak mudah diguncang oleh kekuatan sebesar apapun kecuali oleh sang Pemilik kekuatan itu sendiri. Inilah jamaah dakwah yang kita telah beriltizam di dalamnya. Kita patuhi amarannya, baik dalam susah ataupun senang, baik dalam keadaan lapang atau pun sempit. Bergerak, berputar bersama jamaah ini kemana pun dia bergerak menuju ridha Allah SWT dengan pencapaian ahdaf sebesar-besarnya hingga tegaknya khilafatullah fil ardh.
  1. Banyak-banyak dzikrullah Sikap tsabat mengantarkan seseorang untuk senantiasa dzikrullah, mengingat perintah-Nya, mengingat larangan-Nya, membesarkan asma-Nya, menyucikan dzat-Nya dan memuji kebesaran-Nya. Kesibukan dzikrullah akan mengantarkan kita pada ma’unah Allah SWT. Bahkan, akan menenteramkan jiwa kita sebagai modal dalam menghadapi tantangan, rintangan, dan halangan di jalan dakwah, “…ala bidzkrillahi tathma’innal quluub…. Dzikrullah akan membawa pelakunya menjadi a’dho yang qonaah atas setiap keputusan dan kebijakan jamaah karena dia akan selalu husnudz-zhan dan berpikir positif. Sikap ini tentunya dilanjutkan dengan kreasi-kreasi dalam menjalankan amr jama’ah.
  2. Taat kepada Allah SWT dan kepada Rasul SAW. Faktor kemenangan dakwah ditandai dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ma’rakah Badr menjadi monumen kemenangan tentara kebenaran dalam ketaatannya kepada Allah dan Rasul. Sebaliknya, di perang Uhud inflasi ketaatan telah berakibat kekalahan. Oleh karena itu, jangan pernah kita menganggap remeh, mudah, bahkan meninggalkan ketaatan itu.
  3. Tidak Berbantah-bantahan (adamut tanaju) Prinsipnya, berbeda pendapat adalah biasa. Tapi, menjadi tidak biasa ketika perbedaan pendapat tersebut teraktualisasi menjadi friksi-friksi atau benturan-benturan kepentingan yang tidak lillah yang pada gilirannya akan berakhir dengan terbentuknya faksi-faksi, atau kelompok, atau golongan. Itulah yang tengah terjadi dalam masyarakat negeri ini. Untuk itu, soliditas struktural dan personal menjadi hal mutlak dalam menjalankan dakwah. Bagaimana mungkin terbentuk wihdatul ummah sementara tidak terjadi wihdatul shufuf di kalangan pejuang Islam sendiri. Alhamdulillah, jama’ah kita diberkahi Allah SWT dengan orang-orang yang sadar akan hal tersebut sehingga matanatut tanzhimiyah terjadi di jamaah kita ini.
  4. Bersabar Allah SWT menyuruh kita agar bersabar dalam segala hal, termasuk dalam dakwah. Akan tetapi, yang jauh lebih penting agar kita tetap sabar dalam menghadapi musibah kehidupan seperti kematian orang yang kita cintai, jatuh ke lembah papa setelah mengalami hidup layak, atau perasaan takut bahwa hal tersebut akan menimpa kita. Ini diterangkan oleh Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 155,”Dan sungguh Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.\” Kabar gembira buat orang yang bersabar, \”Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raaji\’uun. (Sesungguhnya kami berasal dari Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.)\” (Q.S. 2/Al-Baqarah: 156). Adapun balasan bagi orang yang sabar adalah keberkahan, kesempurnaan, rahmat dan petunjuk dari Allah.

    \”Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar sajalah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.\” (Q.S. 39/Az-Zumar: 10).

    Allah SWT akan mencukupkan pahala bagi orang yang sabar itu tanpa batas. Kemenangan Rasulullah SAW dalam perjuangan menegakkan Islam adalah buah dari kesabaran.

  5. Tidak takabur (‘adamul bathr) Alhamdulillah, patut kita syukuri bahwa jamaah dakwah di lingkungan kita semakin hari semakin banyak.Namun kita harus ingat, kekalahan kaum muslimin di perang Hunain justru di saat kaum muslimin berperang dalam jumlah pasukan yang besar.Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka, \”Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.\” (Q.S. 9/At-Taubah: 46) Penyebab kekalahan tersebut dikarenakan sifat ujub berlebihan. Yang terpenting bagi kita adalah menggiring sambutan, julukan dan gelar masyarakat tadi menjadi benar-benar memenangkan partai ini pada pemilu mendatang.
  6. Ikhlas (‘adamu riya’) Ikhlas, titik. Itu mungkin kata kunci yang akan menyelamatkan amal kita di akhirat kelak. Inilah sifat yang amat dikhawatiri para sahabat Rasul SAW. Termasuk kekhawatiran Abu Bakar Ash-Shiddiq tentang hal ini, sehingga beliau senantiasa berdoa dan berlindung dari sifat riya’ ini,“Allahumma inna naudzu bika min annusyrika bika syai’an na’lamuh wa nastaghfiruka lima laa na’lamuh.”Ikhwah dan akhwat fillah rahimakumullah,Demikianlah, sejatinya mai’yatullah itu akan menumbuhsuburkan optimisme dalam diri kita dalam menyongsong kemenangan dakwah. Terlebih, ketika ma’iyatullah itu dibingkai dalam akhlak harakiyah yang tercermin dalam Surat Al-Anfal di atas. Akhirul kalam billahi taufiqi wal hidayah. In uriidu illal ishlahi mastatho’tu
sumber : info.dakwah (dengan sedikit perubahan)

Friday, October 26, 2007


Fiqih Da’wah: Antara tasyaddud (yang keras) dan tasahhul (kebablasan)




Seorang Al Akh bercerita, ada seorang ustadz ingin menda’wahi suku dayak pedalaman, mereka adalah suku yang tidak mengenal batas aurat. Hal yang biasa bagi mereka keluar rumah mengenakan celana dalam saja. Suatu hari, Al Akh ini bersama beberapa kawannya berkunjung ke rumah ustadz tersebut. Al Akh ini begitu terkejut, karena ustadz tersebut menyambutnya hingga ke luar rumah hanya mengenakan celana dalam saja. Ketika ditegur, ustadz itu mengira bahwa yang datang adalah orang-orang Dayak yang menjadi objek da’wahnya! Jadi, ia seperti itu agar lebih diterima di masyarakat Dayak.

Sementara itu, ada pula launching calon Gubernur Ibu Kota –agar lebih merakyat, pluralis, dan inklusif-di dalamnya ada hiburan musik bekerjasama dengan seorang enteirner ternama. Di antara beragam acaranya, akhirnya ada request dari penonton untuk menyanyikan dangdut, tanpa daya ditolak oleh panitia. Akhirnya terjadilah telah yang terjadi. Sang artis dangdut dengan segala kemaksiatan dan goyangannya. Sementara penontonnya adalah wanita berjilbab rapi, ibu-ibu pengajian, dan laki-laki yang faham agama. Sebagaimana yang santer diberitakan (detik.com), sebagian penonton ada juga yang berjoget ria. Manusia pun terheran-heran, sementara kaum pendengki semakin membencinya. Jika sudah seperti itu, maka tidak jelas lagi mana yang ikut joget atau tidak. Mana syetan, mana yang shalih? Tidak jelas! Yaa hasratan ’alal ’Ibaad! Betapa besarnya penyesalan hamba-hamba itu! Rasulullah Shalallahu ’Alaihi wa Sallam mencela dengan keras, bahkan teramat keras, bahwa wanita yang melenggak-lenggokan tubuhnya di depan laki-laki yang bukan mahram, jangankan surga, baunya pun tak dia dapatkan. Yang joget berdosa, penontonnya berdosa, pemrakarsa (tim sukses) acara berdosa. Lalu, jika itu diikuti tim sukses calon lain, maka yang pertama kali mengadakan akan terus mendapatkan akumulasi dosa dari yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa pihak yang mengikutinya. Sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim. Entah, apakah ada pertimbangan fiqih da’wah? Dan fiqih da’wah model apa yang digunakan. Yaa Allah .... seandainya masyayikh da’wah seperti Syaikh Hasan al Banna melihat ini, atau Syaikh Said Hawa dan Syaikh Sayyid Quthb yang jelas-jelas mengharamkan penghasilan para artis, niscaya mereka akan mengingkari dengan teramat keras dan menyebutnya sebagai salah satu bentuk jahiliyah abad dua puluh! Alasan fiqih da’wah, tidak boleh menghalalkan yang jelas-jelas haram, seperti dangdut, dengan segala simbol maksiat yang ada di dalamnya, baik dengan joget atau tidak, sama saja. Sebenarnya bukan hanya dangdut, musik jahiliyah apa pun secara esensi sama saja, baik itu rock, pop, jazz, dan lain-lain. Masih bagus mereka bekerjasama dengan Opick, atau SNADA. Jika dikatakan: ”itu semua terjadi diluar kendali.” Maka, seharusnya siapa saja yang terlibat di dalamnya harus hati-hati, tidak lalai, memperhatikan halal-haram, serta memperhatikan nasib citra positif yang telah lama dibangun. Ini mengingatkan kami tokoh pemikir politik Barat dahulu, yakni Nicolo Machiaveli yang berprinsip tubarrirul washilah (menghalalkan segala cara) untuk mencapai tujuan politiknya. Inilah peringatan, sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman. Sungguh, ini adalah marah karena Allah ’Azza wa Jalla. Hampir tiga puluh tahun da’wah dibangun oleh ribuan kader, jangan sampai dirubuhkan oleh segelintir manusia dengan tujuan sesaat. Bukankah aku telah menyampaikan? Allahummasyhad (Ya Allah saksikanlah!)

********

Kami pernah mengalami, berjalan bersama seorang ustadz di kampung kami tinggal, sekitar tahun 1997M. Saat itu selesai shalat tarawih, kami melewati sekelompok anak muda yang tengah asyik main catur, ternyata di antara mereka adalah keponakan dari ustadz ini. Marahlah ustadz tersebut, ia membanting papan catur, membuat para pemuda berlarian. Keesokan harinya, para pemuda ini bukannya surut, justru membuat berita miring tentang si ustadz dan remaja mesjid. Anak-anak muda tersebut bahkan menjadi musuh da’wahnya, lantaran sikap keras ustadz itu.

*******

Demikianlah dua gambaran berlawanan, kasus pertama dan kedua, adalah contoh untuk yang kebablasan, adapun yang ketiga adalah contoh untuk yang tatharruf (ekstrim).

Manhaj Tawasuth (pertengahan)

Inilah sikap yang kami ambil, semoga selamanya tidak bergeser dari manhaj ini. Termasuk dalam urusan da’wah. Karena demikianlah Islam sebenarnya dan –justru- menjadi musuh besar orang kafir. Sebab sikap ini, justru banyak diminati umat manusia, dengan pertumbuhan yang cepat, sehingga menjadi ancaman besar bagi Barat. Sementara yang keras, cenderung mempersempit dan mempersulit, atau yang kebablasan yang cenderung mengajak bebas nilai, paling tidak peluruhan nilai yang melewati ambang batas; justru semakin menepi dan marjinal.

Allah Jalla wa ’Ala berfirman:

“Dan Kami jadikan kalian sebagai umatan wasathan” (QS. Al Baqarah: 143)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir ummatan wasathan berarti umat yang adil, pilihan dan terbaik. Dikatakan, “Quraisy adalah suku pertengahan di Arab secara garis keturunan (nasaban) dan negri tempat tinggal (Daaran), yaitu sebagai suku terbaik di sana. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga pertengahan (wasathan) di antara kaumnya, yaitu yang paling mulia nasabnya, darinya ada istilah shalat wustha yaitu shalat paling utama, yakni Ashar.” (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’anul Azhim, 1/190)

Penulis Syarh al Aqidah al Wasithiyah mengatakan, “Umat Islam adalah pertengahan antara agama-agama (milal), sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan kami jadikan kalian sebagai umat pertengahan (umatan wasathan).” (QS. Al Baqarah:143), sedangkan Ahlus Sunnah adalah pertengahan antara firaq (kelompok-kelompok) yang disandarkan kepada Islam. (Said bin Ali bin Wahf al Qahthany, Syarh al Aqidah al Wasithiyah Lisyaikhil Islam Ibni Taimiyah rahimahullah, hal.48. muraja’ah. Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin. Cet.2, Rabiul Awal 1411H. Penerbit: Ri-asah Idarat al Buhuts al ‘Ilmiyah wal Ifta’ wad Da’wah wal Irsyad)

Khalifatur rasyid kedua, Umar al Faruq Radhialllahu ’Anhu berkata, ”Khairul umuur awsathuha.” (Sebaik-baik urusan adalah yang pertengahan).

Apakah yang dimaksud dengan pertengahan itu? Yaitu kita berjalan di atas mizan (timbangan) dan pedoman yang sehat dan seimbang, tak ada keraguan di dalamnya, tak ada kebatilan baik dari depan atau belakangnya, tak ada yang bengkok baik ujung atau pangkalnya, yaitu manhaj Al Qur’an dan As Sunnah, dengan pemahaman umat pertengahan, yakni Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Allah Ta’ala berfirman:

“Kamu sekali-kali tidak akan melihat pada ciptaan Allah Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.” (QS. Al Mulk: 3)

Fiqih Da’wah Terhadap yang Jelas-Jelas Haram

Terhadap perkara yang jelas-jelas mungkar, haram, bid’ah, khurafat, syirik, dan tak ada perselisihan para ulama tentang status hukumnya, maka fiqih da’wah kita adalah memeranginya, dengan cara hikmah dan pelajaran yang baik.

Dari Abu Said al Khudri Radhiallahu ’Anhu, aku dengar Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda: Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu rubahlah dengan hatinya. Itulah selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim. Riyadhus Shalihin, Bab al Amr bil Ma’ruf wa An Nahyi ’an al Munkar,no. 184)

Ada beberapa syarat memerangi kemungkaran, yaitu kemungkaran tersebut harus yang jelas disepakati bukan masalah ijtihadi atau masih khilafiyah, dan kemungkaran itu harus nampak bukan dicari-cari.

Beberapa contoh kemungkaran yang qath’i (pasti) seperti lokalisasi pelacuran, perjudian baik cara tradisional atau modern dengan undian berhadiah atau kirim SMS, konser-konser musik jahiliyah dengan penonton yang campur baur laki-laki dan perempuan, minuman keras, mengambil harta secara tidak hak seperti korupsi, mencuri atau merampok, perdukunan dan sihir. Masih banyak yang lain.

Bagi yang mampu merubah dengan tangan yakni kekuatan seperti waliyyul amri (pemerintah) maka ubahlah dengan kebijakan, undang-undang, atau dengan aparat keamanan yang Anda miliki.

Bagi para da’i ubahlah dengan seruan-seruan, kajian, tadzkirah (peringatan), diskusi, seminar, atau mengingatkan waliyyul amri tentang tugasnya menciptakan keamanan dan kenyamanan hidup, dan bebas dari segala penyakit sosial. Bagi yang bisa menulis, maka tulislah peringatan melalui bulletin, majalah, buku, atau selebaran. Bagi yang tidak bisa apa-apa, maka ubahlah dengan hati Anda, yang penting Anda tidak menyetujuinya, apalagi terbawa arusnya. Itulah selemahnya iman.

Ketetapan Islam yang telah menjadi aksioma, selamanya tidak akan berubah. Keharaman khamr adalah abadi, sedikit atau banyak, sampai mabuk atau tidak, dan berlaku dimana saja, Anda di kutub atau di gurun. Riba adalah haram, sedikit atau berlipat-lipat. Kewajiban menutup aurat juga berlaku abadi dan di mana saja, tidak ada perubahan, walau berda’wah kepada kaum berkoteka. Selamanya lenggak lenggoknya wanita di depan laki-laki bukan mahram adalah haram, apa pun keperluannya, akting, kampanye, apalagi sengaja memancing syahwat laki-laki. Masih banyak ketetapan lainnya.

Adapun yang bisa berubah karena perubahan kondisi, keadaan, dan zaman, adalah hal-hal yang sifatnya ijtihadi dan zhanni, atau yang tidak ada pembahasan sama sekali di dalam Al Qur’an dan As Sunnah.

Intinya kemungkaran harus dihilangkan dengan cara yang baik dan terbaik, disesuaikan dengan kemampuan, kondisi masyarakat, dan kalkulasi dampaknya.

Allah Jalla wa ’Ala berfirman:

”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl (16): 125)

Kemungkaran yang bisa dihilangkan lalu diganti dengan yang lebih baik, maka hukumnya wajib kita mengubahnya. Kemungkaran yang berkepanjangan yang bisa dirubah menjadi kemungkaran yang le bih singkat, maka wajib kita merubahnya. Kemungkaran yang dirubah namun lahir kemungkaran baru yang sama, maka silakan berijtihad untuk merubah atau tidak. Kemungkaran yang dirubah namun justru melahirkan kemungkaran yang lebih besar, maka haram dilakukan perubahan. Demikianlah kaidah emas dalam urusan inkarul munkar.

Fiqih Da’wah Terhadap yang Jelas Kebolehannya

Pada dasarnya hukum asal segala sesuatu di dunia adalah halal dan suci. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

“Dialah yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kalian.” (QS. Al Baqarah (2): 29)

Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda:

”Yang halal adalah apa-apa yang Allah halalkan dalam kitabNya, dan yang haram adalah apa-apa yang Allah haramkan dalam kitabNya. Maka, apa-apa yang didiamkan olehNya, maka itu termasuk yang dimaafkan olehNya.” (HR. Tirmidzi)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: ”Asal segala sesuatu –dengan segala perbedaan bentuk dan sifatnya- adalah halal secara mutlak bagi anak Adam, suci, dan tidak diharamkan atas mereka untuk menyentuh atau memegangnya.”

Para ulama juga membuat kaidah, Al Ashlu fil Asyya al Ibahah illa ma warada ‘anis Syaari’ tahrimuhu. Hukum asal segala sesuatu adalah boleh kecuali ada dalil dari pembuat syariat tentang haramnya.

Intinya, bidang yang dihalalkan sangat luas dan banyak, dibanding yang diharamkan atau dilarang. Maka, sudah selayaknya kita menyikapinya dengan tidak mempersempit dan mempersulit apa-apa yang telah Allah ‘Azza wa Jalla lapangkan.

Sesuatu disebut boleh atau halal (dalam urusan dunia, bukan ritual ibadah), jika ia; tidak ada dalil yang melarangnya, tidak bertentangan dengan dalil khusus atau umum syariat Islam, tidak membawa mudharat atau membahayakan baik untuk pribadi atau orang lain, tidak berlebihan atau melampaui batas, tidak bertentangan dengan kaídah-kaidah pengharaman.

Ada tradisi baik di sebagian tempat yaitu membagikan makanan ke tetangga menjelang hari raya, bahkan tradisi ini sesuai dengan akhlak Islam agar kita memuliakan tetangga. Namun, lebih baik lagi jika hal itu tidak harus menunggu menjelang hari raya. Tradisi arisan, sebenarnya ini sesuai dengan akhlak Islam untuk saling menyambung silaturrahim dan ta’awun sesama muslim, selama di dalamnya tidak ada ngerumpi (ghibah).

Ini semua adalah contoh apa-apa yang Allah ’Azza wa Jalla diamkan dan maafkan. Sikap kita adalah membuka peluang untuk terjadinya. Walau bisa jadi kita ingin menjadi pribadi wara’ dengan menghindari yang mubah agar terhindar dari hal yang haram (baca: Sadudz Dzara’i), maka lakukanlah hal itu tanpa memaksakan kepada orang lain.

Fiqih Da’wah Terhadap Perkara yang Masih Diperselisihkan

Ada perkara yang telah disepakati keharamannya, ada pula yang disepakati kehalalannya. Adapun perkara yang masih medan perdebatan para ulama tentang sebuah amal atau hal, maka sikap kita adalah tasamuh (toleran). Tidak boleh saling mengingkari, menuduh, menodai kehormatan, bahkan menyerang secara fisik. Kita dibenarkan untuk mencari lalu mengikuti apa-apa yang lebih kuat dan argumentatif menurut pandangan ulama tertentu, tetapi tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain, selama perbedaan tersebut masih dalam ruang lingkup furu’ fiqh, bukan masalah aqidah.

Syaikh Ibnu Baz berpendapat bahwa bersedekap ketika i’tidal adalah sunnah, sebaliknya Syaikh al Albany menyatakan itu bid’ah. Dua kesimpulan yang amat berseberangan. Namun keduanya tidak saling menyerang, mereka lapang dada satu sama lain.

Dalam masalah perdamaian Palestina dengan Israel pada medio 90-an, Syaikh Ibnu Baz membolehkan, sedangkan Syaikh al Qaradhawy melarangnya. Keduanya saling memberikan tanggapan dalam bentuk tulisan, dengan bahasan yang ilmiah dan perkataan yang santun dan saling memuji. Namun sayangnya, justru yang rewel adalah bawahannya.

Tentang haramnya catur, para ulama berselisih pendapat. Imam Ibnu Hajar mengatakan hadits-hadits yang mengharamkan catar tak satupun yang tsabit (kokoh). Ada pun, Imam Ibnu Qudamah mengatakan haramnya catur karena analogi (qiyas)dengan dadu (nard). Imam Asy Syafi’i menyebutkan bahwa dahulu ada sahabat dan tabi’in yang memainkannya. Namun, Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu pernah marah dengan orang yang main catur, lalu mengutip firman Allah surat Al Anbiya (21) ayat 52:

"Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya?”

Begitu pula masalah isbal (menjulurkan celana atau kain sarung melebihi mata kaki), para ulama berselisih pendapat. Ada yang mengharamkan baik dengan atau tanpa sombong (khuyala). Imam Asy Syafi’i sendiri sekadar memakruhkan saja. Ada pun Imam Ibnu Abdil Bar menyebutkan bahwa masalah pakaian tergantung tradisi disebuah daerah, tentu selama menutup aurat.

Nah, tentu perselisihan para ulama dalam zona khilafiyah, harus disikapi secara elegan dan dewasa. Sebagaimana yang dicontohkan para ulama salafus shalih. Sikap keras dalam masalah seperti ini, tidak akan membawa dampak apa-apa kecuali perlawanan dari yang berbeda.

Wallahu A’lam wa Lillahil ’Izzah

Sumber : perisaidakwah.com
oleh : Farid Nu'man

Monday, October 22, 2007

MP3 PLAYER ALTERNATIF

Bagi sebagian orang yang suka memainkan musik dalam komputer, seringnya hanyamenggunakan mp3 player semacam Winamp ataupun jet audio. Nah, biasanya juga, pas make komputer buat ngetik di Ms. Word dan ngedit gambar pake Photoshopatau ngrunning beberapa program yang mbutuhkan kerja kerasnya komputer, biasanya paling enak sambil muter mp3, itu bukan jadi masalah ketika komputerdipake multitasking
dengan spesifikasi komputer yang bagus, pasti semua program bakalan jalan tanpa halangan, lancar jaya...nah kalo yang spesifikasinya pas-pasan, gmn?? Ya sebenarnya juga ga ada masalah, tapi ya gantian, namun ini itu ketika running, ga mbutuhkan kbisa disiasati. Bagi yang belum tahu, ada mp3 player yang namanya XM PLAY , nah program ini ga perlu diinstall, cuma tinggal masukkan file dengan drag n' klik atau add file dan dimasukkan ke playlist aja. Nahitu salah satu kelebihannya, selainerja yang memberatkan memori, jadi bisa dimultitaskingkan dengan program-program yang lain. Program ini mendukung type file OGG / MP3 / MP2 / MP1 / WMA / WAV / CDA / MO3 / IT / XM / S3M / MTM / MOD / UMX audio formats, dan playlist type PLS / M3U / ASX / WAX. Bagi yang sudah tahu, yah sekedar info saja.. Bagi yang ingin program itu bisa klik disini .

Friday, October 19, 2007

HADAPI DENGAN SENYUMAN...!!!

Ketika sebuah harapan tak jua menjadi kenyataan, ketika sebuah angan-angan tak jua terwujudkan, tetaplah tersenyum. Ini bukan berarti Allah mengabaikan doa-doa kita. Kita tahu, Allah adalah Dzat Yang Maha Mengabulkan doa-doa hamba-Nya.

Tak ada yang dapat meragukan janji-Nya. Doa kepada-Nya ibarat sebuah investasi. Tak akan pernah membuat investornya merugi. Karena penjaminnya adalah Dzat Yang Maha Pemurah, Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang itu, tak akan pernah ingkar janji. Tidak akan sia-sia munajat yang kita mohonkan pada-Nya, baik di waktu siang apalagi di sepertiga malam. Ketika lebih banyak makhluk-Nya pulas, dalam dekapan dinginnya malam dan hangatnya selimut tebal.

Bila belum ada perubahan berarti tentang rencana-rencana kita, tetaplah tersenyum. Allah lebih mengetahui apa-apa yang baik untuk kita.

Allah Maha Mengetahui kapan sesuatu itu pas untuk kita, baik dalam sisi timing maupun momentnya. Allah, Pencipta alam raya ini, adalah sutradara hebat, yang tidak akan membiarkan kita terus terpuruk dalam keterpurukan. Selama kita yakin akan kekuasaan-Nya, yakin akan kasih sayang-Nya.

Jika semua serasa terhenti, tak ada kemajuan berarti. Tetaplah juga tersenyum. Allah punya cara sendiri untuk membuat kita senantiasa dekat dengan-Nya. Mungkin, semua ini dibuat-Nya untuk kita agar kita senantiasa hanyut dalam sujud-sujud panjang di penghujung malam. Senantiasa larut dalam tangis penuh harap, dalam buaian doa-doa panjang nan khuyuk.

Semua tak akan tersia-sia begitu saja. Allah, mencatat setiap upaya yang kita lakukan dan doa yang kita panjatkan. Segala sesuatu yang kita perbuat, sekecil apa pun itu, akan menuai balasan di sisi-Nya kelak. Niatkan semuanya hanya untuk meraih ridha-Nya, agar perjuangan hebat ini tak hanya bermakna sementara. InsyaAllah kita akan memetik buahnya kelak, di waktu yang telah ditentukanNya.

Dunia ini fana. Tak ada yang kekal didalamnya. Pun perjuangan ini, pengorbanan ini, juga kesulitan ini. InsyaAllah, suatu hari nanti, harapan akan berbuah kebahagiaan. Akan menjelma menjadi kemudahan. Karena, sekali lagi, Allah telah menjaminNya.

Dan, jika akhirnya harapan tidak menjelma seperti yang kita idamkan tetaplah berbaik sangka kepada-Nya. Tetaplah berharap sepenuh hati kepada-Nya. Tetaplah gantungkan asa setinggi apa pun, hanya kepada-Nya. Sekali lagi, hanya kepada-Nya.

Atau bisa jadi Allah sedang menguji kita, akan teguh dan kuatkah kita? akan tegarkah? Ataukah justru akan futur, rapuh, dan runtuh??!! Marilah lebih mendekat kepadaNya, tetap Istiqomah, dan terus Istiqomah. Lebih memantapkan kuantitas serta kualitas ibadah kita, dan tetap memohon dalam buaian doa-doa kepadaNya. Berdoa agar diteguhkan punggung kita serta dikuatkan kaki kita dalam menghadapinya.

Sebuah senyum, adalah lambang dari rasa optimis, simbol sebuah bara semangat untuk terus berusaha dalam menggapai asa. Dan tentunya senyum keoptimisan akan menjadi peluru sebuah senjata ketika dipadu dengan usaha nyata.

Karena, untuk mewujudkan sebuah masa depan gemilang, selain memerlukan tekat yang kuat, juga butuh perjuangan, pengorbanan, penempaan diri, dan pantang untuk keluh kesah dan ini salah satunya ditunjukkan dengan sebuah senyuman keikhlasan.

...............................................................................................................................................

Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkannya…” (QS Al mu'min:60)

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al Baqarah 186)

(Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: "Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?" Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini (S. 2: 186) sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lainnya dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu'awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya.)

Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun sebagai jawaban terhadap beberapa shahabat yang bertanya kepada Nabi SAW: "Dimanakah Tuhan kita?"
(Diriwayatkan oleh 'Abdurrazzaq dari Hasan, tetapi ada sumber-sumber lain yang memperkuatnya. Hadits ini mursal.)

Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW: "Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman "Ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya) (S. 40. 60). Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana?" Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini (S. 2: 186)
(Diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir yang bersumber dari Ali.)

Menurut riwayat lain, setelah turun ayat "Waqala rabbukum ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya (S. 40: 60), para shahabat tidak mengetahui bilamana yang tepat untuk berdoa. Maka turunlah ayat ini (S. 2: 186)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Atha bin abi Rabah.)

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al Insyirah: 5-6)

...dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al A'raf: 56)

“…Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS Yusuf: 87).

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah: 216).

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” ( QS. Al Ankabut 2 – 3 )

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS At Taubah 111)


Bersabarlah wahai Saudaraku tuk mengapai cita

Jalan yang kau tempuh sangat panjang

Tak sekedar bongkah batu karang

Yakinlah wahai saudaraku

Kemenangan kan menjelang

walaupun kan kita hadapi masanya tetaplah Al- Haq pasti menang


Tanam dihati benih iman sejati berpadu dgn jiwa rabbani

Tempa jasadmu jadi pahlawan sejati tuk tegakkan kalimat Illahi

Pancang tekadmu jangan mudah mengeluh

Pastikan azammu semakin meninggi

Kejayaan islam bukanlah sekedar mimpi

Namun janji ALLAH yang akan pasti


(dikutip dari Lirik nasyid Jalan Juang / Izzatul Islam)


(Terkhusus untuk saudaraku yang sedang berjuang di Bumi Allah, Jazakallah atas semuanya, Kau telah mengajarkanku arti sebuah Perjuangan dan Senyuman)

Wallohua'lam bishshowwab.


TERUNTUKMU


Wahai Saudaraku ..........

Aku ingin lebih mengenalmu

Layaknya aku mengenal diri ini sendiri


Wahai Saudaraku

Aku ingin lebih memahamimu

Layaknya seperti apa yang ada dalam isi hatiku


Wahai Saudaraku

Aku ingin mengerti ikatan ini

Selayaknya isyarat Rasulullah

Bahwa aku dan kau adalah satu tubuh


Saudaraku...

Aku ingin menampung setiap tetes keluh kesahmu

Seluas cawan yang kupunya

Hingga ku mampu meneguknya

Dan kemurunganmu itu berganti senyuman manis di bibir indahmu


Jika cinta adalah tangismu

Maka biarkan air mata itu menelaga hingga aku pun berenang mengarunginya

Jika cinta adalah gelakmu

Maka biarkan aku menjaga kebahagiaanmu tuk selalu naungi harimu


Jika cinta adalah amarah

Maka biarkan nyalanya terpancar

Tuk hangatkan kebekuan jiwa


Andai indahnya ukhuwah ini bisa terlukiskan

maka tak cukup warna tuk menggoreskannya

Andai cinta ini bernama

Maka biarkan namamu selalu bersanding dengannya


Wahai saudaraku...

Semoga naungan Allah kan diberikan kepada kita

Karena digolongkan sbg golongan yang akn mendapat naunganNya

Ketika tiada naungan selain naunganNya

Karena cinta kita adalah karena kecintaan kita kepadaNya

Thursday, September 13, 2007


Khutbah Rasulullah Menyambut Bulan Ramadhan

Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu adalah ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan syiyam dan membaca kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fukara dan masakin. Muliakanlah orang-orang tuamu, sayangilah yang muda, sambunglah tali persudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya, dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarkannya.

Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hambanya dengan penuh kasih;Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-pungmu berat karena beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.

Ketahuilah! Allah Ta'ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri dihadapan Rabb Al-'Alamin.

Wahai manusia! Barangsiapa diantaramu memberi buka kepada orang-orang Mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka disisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu. (Sahabat-sahabat bertanya:" Ya Rasulullah!Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian." Rasulullah meneruskan:)

Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air. Wahai manusia! Siapa yang membaguskan ahlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirath pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Barang siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari Kiamat. Barang siapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-nya.Barangsiapa menyambungkan tali persudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan , Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardhu baginya adalah ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardhu dibulan yang lain. Barang siapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa pada bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Qur'an pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia! sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak akan pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.

Amirul Mukminin k.w. berkata,:Aku berdiri dan berkata,"Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama dibulan ini?" Jawab Nabi:Ya abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah".

Di kutip dari:"Puasa Bersama Rasulullah", karangan Ibnu Muhammad, Pustaka Al Bayan Mizan.