Sunday, November 18, 2007

Tetes demi Tetes...

"ketika diri tiada berdaya, tiada lagi kekuatan, Kepada siapa lagi berharap dan bergantung ? Ya, hanya kepadaMu ya Rabb, yang Maha Kuat, untuk memberikan kekuatan kepadaku tuk arungi kehidupanku"

Malam itu adalah perjuangan untuk berusaha bertahan dalam lelah dan lemahnya jiwa serta fisik. Setelah beberapa hari terbebani berbagai masalah pelik yang tak segera terpecahkan, pikiran yang penuh beban. Aktivitas melelahkan, namun tidak dibarengi istirahat yang cukup, belum lagi makan yang ga teratur, ya akhirnya sakitpun menyerang. Ga tau sakit apa, yang jelas selama 3 hari perut seperti menolak kehadiran makanan. Ya akhirnya cuma makan mie ayam, atau jajan gorengan aja. Di hari kedua, sudah muncul indikasi sebenarnya, pencernaan di perut sudah agak ga wajar, sampai akhirnya semua makanan yang masuk perut benar-benar ditolak mentah2...

Ketika makanan di"paksa" masuk karena sudah 2 hari ga terisi nasi, maka perutpun semakin kasar untuk memaksa keluar apa aja yang masuk. Seteguk air yang dimasukkan, eh berteguk-teguk yang dipaksanya keluar...

Yah, akhirnya pasrah, mw gimana lagi, makan salah, minum salah, ya akhirnya cuma tiduran aja di kamar.
Besok paginya badan mulai lemes, kaya ga ada tenaga..

Pas sorenya, kayaknya udah ga kuat lagi, kepala terasa "ringan" banget, kaya ga ada isinya dan ga ada darah yang mengalirinya.

Baru ba'dha isya, ada seorang teman yang memahami kondisi saya, dan bersedia untuk mengantar ke rumah sakit.
Kehadirannya bagai "malaikat" penolong, dengan di bonceng motor, aku diantarnya. Mulai ngurus administrasi sampai tetek bengeknya aku sudah ga tau, yang aku tahu cuma dokter dan perawat yang mulai "menginterogasiku" dengan buanyak pertanyaan. Semua pertanyaan dokter kujawab semuanya, tak ada satupun jawaban yang terlewatkan, ya... tentu saja karena pertanyaannya ga sesulit pertanyaan asisten pas ujian modul praktikum...

Setelah beberapa lama akhirnya, dokter memberikan resep, resep itu ga diberikan ke aku, tapi malah di berikan ke temenku tadi (yo mesti toh le...). Dan lagi2 temenku itu harus "wira-wiri" nyarikan resep obat dari dokter, belum lagi kadang harus keluar rumah sakit buat fotokopi beberapa surat-surat (pake ASKES soalnya, cari gratisan, wajar kan anak kos), atau kadang obat di apotek yang kebetulan kosong...

Tanpa ngomong sakit apa ke aku, dokter itu menyuruh perawat untuk menyuntikkan beberapa obat, dan menyuntikkan selang infus ke pergelangan tangan (pake jarum suntik tentunya, bukan pake jarum jahit).
Setelah menunggu beberapa menit, kok ga terasa sakit, cuma rasanya tanganku dipegangi lebih dari 2 orang, apa sekarang sudah ada teknologi baru, infus tanpa suntik (karena saat itu aku pas "merem"). Ketika aku coba melihat ke arah "mereka", ternyata yang mau nyuntik mungkin "perawat anyaran". Dengan suara setengah berbisik saya mendengar dia ngomong "ndredek" ke temannya. Waduh, jangan sampe terulang cerita si "temenku" tadi yang saking seringnya dia masuk RS sering pula dijadikan obyek "latihan" oleh para perawat. Sering berkali kali "salah coblos" katanya...

Alhamdulillah setelah cukup lama, akhirnya perawat itu "berhasil" menunaikan tugasnya.

Tetes-tetes itu begitu lambat mengaliri tubuhku, sungguh tidak sabar rasanya, ingin tak lepas botolnya lalu tak minum air di botol itu. Tapi, perawat itu pasti mengira kalo saya sakitnya ga biasa, agak sakit pula akalnya (Alhamdulillah pikiranku masih normal), bisa-bisa dapat rujukan ke RSJ, kalo sudah gitu kasihan temen saya tadi, jadi tambah repot lagi...

Malam itu kulewati dengan empuknya kasur rumah sakit (kasur kosan sudah bantat soalnya). Dan hanya bisa berdoa semoga Allah senantiasa mengaruniakan "kesehatan" padaku. ya, Minimal sehat ruhaniku..

Setelah cukup puas menyedot selang infus,akhirnya energi yang terserak itu kembali lagi ke tubuh ini... cuma habis dua botol (sebenarnya kalo boleh minta lagi, mumpung gratis) akhirnya dibolehkan pulang sama pak dokternya.
Alhamduliillah ya Allah, meski cuma semalam, tapi setidaknya ini mengingatkanku akan begitu "mahalnya" arti KESEHATAN, sebuah karuniaMu yang sering kulalaikan, ampuni hamba ya Rabb...

Dan lagi-lagi pulangnya diantar oleh "teman" setiaku tadi ke rumah paklekku, karena biar ada perawatan lebih intensif disana...


"suwun sing uakeh PUT, Gusti Allah sing mbales... wis ngrepotne awakmu, bengi-bengi olahraga muteri rs haji... Aku mek iso ndongakke, muga-muga lancar kuliahmu, kepenak rezekimu, cepet jodomu (dongakno aku sisan)... Ojo melekan ngurusi "RUMPUT SAWAH"mu
terus, tugas beton-mu kuwi garapen"

No comments: